Seekor Lalat Dapat Membawa Kebahagiaan
Pada postingan terdahulu sudah kita ketahui dan kita bahas bersama tentanga bagaimana
seharusnya etika kita dengan sesama makhluk. Baik itu manusia maupun hewan. Berikut
penulis petikkan kisah, bagaimana ulam-ulama terdahulu mendapatkan derajat yang
agung di sisi Allah Swt hanya berkat kasih sayang dan etikanya dengan hewan.
Selamat membaca!
Imam al-Ghazali merupakan ulama hebat yang sangat terkenal.
Selain masyhur dengan hujjah-hujjahnya yang tajam, beliau juga masyhur sebagai
ulama sufi yang pemikirannya tentang tasawwuf memilki daya magic luas di
kalangan Muslimin.
Setelah beliau wafat pada tahun 505 Hijriah, beberapa waktu
setelah itu ada seseorang yang bermimpi bertemu dengan beliau. Orang tersebut
akhirnya bertanya mengenai keadaan beliau di akhirat.
“Bagaimana Allah Swt memperlakukan Anda?” tanya orang itu dalam
alam mimpinya.
“Alhamdulillah, Allah Swt memperlakukan aku dengan baik, dan
itu berkat seekor lalat. Dulu, ketika aku menulis kitab, seekor lalat hinggap
di tempat tintaku. Ia rupanya haus dan minum dari tinta itu. Aku hentikan
menulis, aku menunggu lalat itu pergi dari tempat tintaku. Berkat hal itu Allah
Swt memperlakukan dengan baik.” Jawab Imam al-Ghazali.
Selain Imam Ghazali, terdapat tokoh lain yang memiliki kisah
yang hampir mirip dengan kisah Imam al-Ghazali, yaitu Imam asy-syibli. Beliau adalah
tokoh sufi dari abad IV Hijriah yang tumbuh besar di negara Irak.
Pada awalnya Imam asy-Syibli adalah seorang ulama fikih. Beliau
dikenal sebagai pakar madzhab Maliki. Namun pada akhirnya beliau menjatuhkan
pilihan hidupnya pada ranah tasawwuf. Beliau mendapat bimbingan mengenai tasawwuf
dari Imam al-Junaid.
Konon, Imam as—Syibli bisa mencapai derajat tinggi dalam
bidang tasawwuf berakt kasih sayangnya terhadap seekor kucing. Saat beliau
melewati sebuah jalan di daerah Baghdad beliau melihat seekor kucing dengan
tubuh mengigil karena tidak tahan dengan cuaca dingin yang sedang menyelimuti
kota Baghdad.
Didorong rasa kasihan Imam asy-Syibli mengambil kucing
tersebut. Lalu beliau meletakkannya tepat di lengan bajunya supaya merasakan
kehangatan.
Berkat kasih sayang itulah, beliau dituntun oleh Allah Swt
untuk menjadi seorang sufi dan menjalani hidup zuhud.
Disarikan dari buku Anekdot Fauna, Jumadats Tsaniyah 1429 H,
Sidogiri Penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar