Belajar Bahasa Binatang Kepada Nabi Sulaiman AS
Tidak semua pengetahuan dan kehebatan bisa membawa keuntungan
bagi kita. Pengetahuan dan dan kehebatan kadang justru membawa petaka bagu
kita. Perhatikan kisah di bawah ini.
Nabi Sulaiman As dikenal sebagai utusan Allah Swt yang
memiliki keistimewaan bisa mengerti dan memahami bahasa binatang. Suatu hari,
seseorang dari kaumnya dan dan memohon agar Nabi Sulaiman As berkenan
mengajarinya bahasa binatang.
“Baik, jika memang engkau ingin tahu, aku akan mengajarimu. Tapi
dengan syarat, engkau tidak boleh menceritakan kepada siapapun. Jika engkau
melanggarnya, engkau akan mati seketika itu juga.” Kata Nabi Sulaiman As.
“Baik, aku sanggup untuk tidak menceritakan kepada siapapun.”
Usai diajari, orang itu pulang. Di rumah ia punya seekor
keledai dai seekor sapi jantan. Kedua ternaknya itu telah bekerja sepanjang
siang, mengangkut, membajak, menarik beban atau pekerjaan-pekerjaan lain. Waktu
sore tiba, kedua ternak tersebut diberi makan.
Ketika meletakkan rumput di hadapan kedua ternaknya itu, ia
mendengar dan bisa memahami pembicaraan mereka.
“Berikan rumput bagianmu kepadaku, biar tuan kita mengira
engkau sedang sakitdan besok tidak mempekerjakanmu. Besok malam, aku akan
memberikan rumput bagianku kepadamu.” Kata keledai.
Si sapi pun menyetujui dan menjauhi rumput itu serta enggan
untuk memakannya.
Mendengar pembicaraan dan aksi dua ternak itu, si pemilik
tidak bisa menahan tawa. Ia tertawa geli, terbahak-bahak. Kontan, istrinya yang
sedang berada di dekat kandang, merasa heran setengah mati melihat suaminya
tiba-tiba tertawa.
“Kenapa tertawa?” tanya sang istri penasaran.
“Tidak ada apa-apa.”
Sehari kemudian, besok malamnya, sebagaimana biasa si pemilik
sapi dan keledai itu kembali menyajikan rumput untuk kedua ternaknya.
“Cepat bayar hutang rumputmu. Aku nyaris mati gara-gara
kelaparan.” Sergah sapi kepada keledai.
“Rupanya, engkau tidak tahu mengenai apa yang sebenarnya
terjadi.” Kata keledai.
“Memangnya ada apa?”
“Kemarin tuan kita mendatangi tukang jagal. Ia bilang bahwa
sapinya sakit dan ingin segera menyembelihnya sebelum jatuh kurus. Sebaiknya engkau
sabar malam ini. Hutangkan lagi rumputmu itu kepadaku, biar besok pagi tukang
jagal melihatmu kurus dan urung untuk menyembelihmu. Kalau malam ini engkau
makan sampai perutmu penuh, khawatir besok dia mengiramu masih gemuk. Maka,
engaku akan disemebelih. Aku akan membayar hutangku dalam dua hari berikutnya,”
jelas keledai panjang lebar. Sapi pun setuju. Ia menjauhi rumput itu dan tidak
mau memakannya.
Memahami percakapan ini, si pemilik kembali tertawa geli. Lagi-lagi
istrinya penasaran. “Kenapa tertawa? Ayo beri tahu aku. Kalau tidak ceraikan
saja aku!” gertaknya mengancam.
“Kalau aku memberitahukan penyebab aku tertawa, aku akan
langsung mati.”
“Biar, aku tidak peduli.”
“Kalau begitu ambilkan kertas dan tinta. Aku tulis wasiat
dulu, baru aku beri tahu dan setelah itu aku mati,” pinta suami.
Tengah ia menulis wasiat, si istri melemparkan
remukan-remukan roti kepada anjing di dekatnya. Anjing belum menyentuh, roti
itu sudah diseropot oleh ayam.
“Engkau berbuat dzalim kepadaku!” teriak anjing.
Ayam itu angkat bicara, “Tuan kita ingin mati. Maka, istrinya
ingin mengenyangkan perut kita dengan pesta kematiannya. Namun sebaiknya kita
berda di kandang, tutup pintu sampai tiga hari. Kalau ia mati karena ingin
memuaskan istrinya, betul-betul celaka dia. Aku punya sembilan istri, tak ada
satupun yang berani bertanya mengenai rahasiaku. Kalau aku jadi dia, pasti
sudah aku pukuli istrinya sampai jera dan tidak bertanya lagi.”
Mendengar omongan ayam ini, kontan si suami mengambil tongkat
dan memukul istrinya samapi ia menyatakan jera mengurus rahasia suaminya.
Disarikan dari buku: Anekdot Fauna, Jumadats Tsaniyah 1429 H,
Sidogiri Penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar