Our social:

Senin, 29 Februari 2016

Belajar Bahasa Binatang Kepada Nabi Sulaiman AS

Belajar Bahasa Binatang Kepada Nabi Sulaiman AS

Tidak semua pengetahuan dan kehebatan bisa membawa keuntungan bagi kita. Pengetahuan dan dan kehebatan kadang justru membawa petaka bagu kita. Perhatikan kisah di bawah ini.

Nabi Sulaiman As dikenal sebagai utusan Allah Swt yang memiliki keistimewaan bisa mengerti dan memahami bahasa binatang. Suatu hari, seseorang dari kaumnya dan dan memohon agar Nabi Sulaiman As berkenan mengajarinya bahasa binatang.

“Baik, jika memang engkau ingin tahu, aku akan mengajarimu. Tapi dengan syarat, engkau tidak boleh menceritakan kepada siapapun. Jika engkau melanggarnya, engkau akan mati seketika itu juga.” Kata Nabi Sulaiman As.

“Baik, aku sanggup untuk tidak menceritakan kepada siapapun.”

Usai diajari, orang itu pulang. Di rumah ia punya seekor keledai dai seekor sapi jantan. Kedua ternaknya itu telah bekerja sepanjang siang, mengangkut, membajak, menarik beban atau pekerjaan-pekerjaan lain. Waktu sore tiba, kedua ternak tersebut diberi makan.

Ketika meletakkan rumput di hadapan kedua ternaknya itu, ia mendengar dan bisa memahami pembicaraan mereka.

“Berikan rumput bagianmu kepadaku, biar tuan kita mengira engkau sedang sakitdan besok tidak mempekerjakanmu. Besok malam, aku akan memberikan rumput bagianku kepadamu.” Kata keledai.

Si sapi pun menyetujui dan menjauhi rumput itu serta enggan untuk memakannya.

Mendengar pembicaraan dan aksi dua ternak itu, si pemilik tidak bisa menahan tawa. Ia tertawa geli, terbahak-bahak. Kontan, istrinya yang sedang berada di dekat kandang, merasa heran setengah mati melihat suaminya tiba-tiba tertawa.

“Kenapa tertawa?” tanya sang istri penasaran.
“Tidak ada apa-apa.”

Sehari kemudian, besok malamnya, sebagaimana biasa si pemilik sapi dan keledai itu kembali menyajikan rumput untuk kedua ternaknya.

“Cepat bayar hutang rumputmu. Aku nyaris mati gara-gara kelaparan.” Sergah sapi kepada keledai.
“Rupanya, engkau tidak tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi.” Kata keledai.
“Memangnya ada apa?”

“Kemarin tuan kita mendatangi tukang jagal. Ia bilang bahwa sapinya sakit dan ingin segera menyembelihnya sebelum jatuh kurus. Sebaiknya engkau sabar malam ini. Hutangkan lagi rumputmu itu kepadaku, biar besok pagi tukang jagal melihatmu kurus dan urung untuk menyembelihmu. Kalau malam ini engkau makan sampai perutmu penuh, khawatir besok dia mengiramu masih gemuk. Maka, engaku akan disemebelih. Aku akan membayar hutangku dalam dua hari berikutnya,” jelas keledai panjang lebar. Sapi pun setuju. Ia menjauhi rumput itu dan tidak mau memakannya.
Memahami percakapan ini, si pemilik kembali tertawa geli. Lagi-lagi istrinya penasaran. “Kenapa tertawa? Ayo beri tahu aku. Kalau tidak ceraikan saja aku!” gertaknya mengancam.

“Kalau aku memberitahukan penyebab aku tertawa, aku akan langsung mati.”
“Biar, aku tidak peduli.”
“Kalau begitu ambilkan kertas dan tinta. Aku tulis wasiat dulu, baru aku beri tahu dan setelah itu aku mati,” pinta suami.

Tengah ia menulis wasiat, si istri melemparkan remukan-remukan roti kepada anjing di dekatnya. Anjing belum menyentuh, roti itu sudah diseropot oleh ayam.

“Engkau berbuat dzalim kepadaku!” teriak anjing.

Ayam itu angkat bicara, “Tuan kita ingin mati. Maka, istrinya ingin mengenyangkan perut kita dengan pesta kematiannya. Namun sebaiknya kita berda di kandang, tutup pintu sampai tiga hari. Kalau ia mati karena ingin memuaskan istrinya, betul-betul celaka dia. Aku punya sembilan istri, tak ada satupun yang berani bertanya mengenai rahasiaku. Kalau aku jadi dia, pasti sudah aku pukuli istrinya sampai jera dan tidak bertanya lagi.”

Mendengar omongan ayam ini, kontan si suami mengambil tongkat dan memukul istrinya samapi ia menyatakan jera mengurus rahasia suaminya.



Disarikan dari buku: Anekdot Fauna, Jumadats Tsaniyah 1429 H, Sidogiri Penerbit.

0 komentar:

Posting Komentar